Jumat, 03 Maret 2017

Goa Tabuhan, alunan syahdu gamelan alam dari bumi Pacitan


Indonesia sudah sejak lama dikenal dunia sebagai surganya tempat wisata yang menawarkan view eksotis. Begitu populernya keindahan alam Indonesia, tak heran jika kedatangan wisatawan setiap tahunnya selalu melonjak. Negeri gemah ripah loh jinawi yang tersohor dengan aneka ragam suku, bahasa, serta budayanya ini mampu menghipnotis siapapun yang bertandang.

Kekayaan Indonesia tak cukup sampai disitu saja. Bicara soal sumber daya alam, Indonesia kerap menempati posisi teratas penyuplai hampir separuh kebutuhan pangan dunia. Sebut saja minyak kelapa sawit, kopi, cabai, juga beberapa komoditas lain yang kualitasnya pantas disandingkan dengan negara-negara maju di berbagai belahan dunia.

Hasil dari kerajinan Indonesia juga merajai pasar-pasar internasional. Beberapa contoh barang yang karakteristik kuatnya sudah diperhitungkan oleh segmentasi pasar mancanegara antara lain kain songket, batik, serta ukiran Jepara.

Bagi wisatawan yang hobi melancong daerah tertentu dengan sajian kuliner khasnya, nusantara menyajikan ratusan menu favorit yang dijamin mampu membuat lidah Anda ketagihan. Uniknya lagi, beberapa makanan ini dimasak dengan cara manual dan tradisional. Mereka yang mewarisi resep dari nenek moyang sengaja mengaplikasikan langkah ini agar cita rasa masakan tetap terjaga.

Menilik potensi Indonesia yang menjanjikan, bukan tidak mungkin jika Indonesia digelari serpihan surga. Apalagi jika melihat jajaran pulaunya yang membentang dengan garis pantai yang menyuguhkan panorama mempesona. Ya, kenikmatan manalagi yang bisa kita dustakan?.

Salah satu kota yang terkenal karena keelokannya ialah Pacitan. Kota berjuluk seribu satu goa ini menyimpan keunikan luar biasa yang tidak dimiliki oleh wilayah lain. Viral karena belaian angin pesisir serta hamparan pasir putih pantainya, Pacitan juga menawarkan sensasi tracking alam di Goa Tabuhan.
Berjarak 30 meter dari pusat kota Pacitan, Goa Tabuhan ini letaknya tidak jauh dari Goa Gong. Sehingga tidak jarang sebagian wisatawan menyambangi dua objek ini dalam waktu yang bersamaan. Tempat ini mulai ramai dikunjungi sejak tahun 1998. Awalnya Goa Tabuhan dinamai Goa Tapan karena sering difungsikan sebagai tenpat bertapa.

Berdasarkan penuturan Ranto, seorang tokoh masyrakat sekitar, penemuan Goa Tabuhan ini terjadi tanpa sengaja. Di tahun 1923, seorang ulama kampung yang sekaligus pemilik ternak bernama Kyai Sandika menyusuri desa untuk mencari ternaknya yang hilang. Betapa terkejutnya beliau saat mendapati ternaknya sedang minum air di dalam sebuah goa. Dari situlah keberadaan Goa Tabuhan mulai dikenal masyarakat luas.

Daya tarik Goa Tabuhan terletak pada stalaktit dan stalagmitnya yang menempel di dinding goa. Seni artistik alamiah ini terbentuk beratus-ratus tahun yang lalu dengan melibatkan proses seleksi alam yang mengesankan.

Adanya reaksi kimia antara hujan dan batuan kapur dimasa lampau, menjadikan stalaktit dan stalagmit yang berdiameter kurang lebih satu meter dengan panjang tujuh meter ini sebagai background foto favorit para traveller. Uniknya lagi, stalaktit dan stalakmit yang diketuk atau ditabuh akan menghasilkan bunyi yang merdu seperti gamelan.

Untuk menciptakan pengalaman berlibur tak terlupakan, seniman yang bermukim dekat dengan Goa Tabuhan secara berkala mengadakan pertunjukan memainkan alunan alat musik. Tapi bukan dari gamelan yang sering Anda jumpai di pagelaran wayang dan sejenisnya, melainkan dengan memukul stalaktit dan stalakmit di dalam Goa Tabuhan.

Berlokasi di Dukuh Tabuhan, Desa Wareng, Kecamatan Punung, harga tiket masuk yang dibanderol untuk tempat rekreasi ini relatif murah yaitu Rp 100.000 per orang dengan suguhan 6 lagu merdu serta momen unik yang bisa Anda abadikan lewat jepretan kamera kesayangan.
Bagaimana? Tertarik mengunjungi Goa Tabuhan?. Siapkan segala sesuatunya dengan baik ya?.
Selamat berlibur.

                                                                                   
Load disqus comments

0 komentar