Indonesia
sudah sejak lama dikenal dunia sebagai surganya tempat wisata yang menawarkan
view eksotis. Begitu populernya keindahan alam Indonesia, tak heran jika
kedatangan wisatawan setiap tahunnya selalu melonjak. Negeri gemah ripah loh
jinawi yang tersohor dengan aneka ragam suku, bahasa, serta budayanya ini mampu
menghipnotis siapapun yang bertandang.
Kekayaan
Indonesia tak cukup sampai disitu saja. Bicara soal sumber daya alam, Indonesia
kerap menempati posisi teratas penyuplai hampir separuh kebutuhan pangan dunia.
Sebut saja minyak kelapa sawit, kopi, cabai, juga beberapa komoditas lain yang
kualitasnya pantas disandingkan dengan negara-negara maju di berbagai belahan
dunia.
Hasil
dari kerajinan Indonesia juga merajai pasar-pasar internasional. Beberapa
contoh barang yang karakteristik kuatnya sudah diperhitungkan oleh segmentasi
pasar mancanegara antara lain kain songket, batik, serta ukiran Jepara.
Bagi
wisatawan yang hobi melancong daerah tertentu dengan sajian kuliner khasnya,
nusantara menyajikan ratusan menu favorit yang dijamin mampu membuat lidah Anda
ketagihan. Uniknya lagi, beberapa makanan ini dimasak dengan cara manual dan
tradisional. Mereka yang mewarisi resep dari nenek moyang sengaja
mengaplikasikan langkah ini agar cita rasa masakan tetap terjaga.
Menilik
potensi Indonesia yang menjanjikan, bukan tidak mungkin jika Indonesia digelari
serpihan surga. Apalagi jika melihat jajaran pulaunya yang membentang dengan
garis pantai yang menyuguhkan panorama mempesona. Ya, kenikmatan manalagi yang bisa
kita dustakan?.
Salah
satu kota yang terkenal karena keelokannya ialah Pacitan. Kota berjuluk seribu
satu goa ini menyimpan keunikan luar biasa yang tidak dimiliki oleh wilayah
lain. Viral karena belaian angin pesisir serta hamparan pasir putih pantainya,
Pacitan juga menawarkan sensasi tracking alam di Goa Tabuhan.
Berjarak
30 meter dari pusat kota Pacitan, Goa
Tabuhan ini letaknya tidak jauh dari Goa Gong. Sehingga tidak jarang
sebagian wisatawan menyambangi dua objek ini dalam waktu yang bersamaan. Tempat
ini mulai ramai dikunjungi sejak tahun 1998. Awalnya Goa Tabuhan dinamai Goa Tapan karena sering difungsikan sebagai
tenpat bertapa.
Berdasarkan
penuturan Ranto, seorang tokoh masyrakat sekitar, penemuan Goa Tabuhan ini terjadi tanpa sengaja. Di tahun 1923, seorang ulama
kampung yang sekaligus pemilik ternak bernama Kyai Sandika menyusuri desa untuk
mencari ternaknya yang hilang. Betapa terkejutnya beliau saat mendapati
ternaknya sedang minum air di dalam sebuah goa. Dari situlah keberadaan Goa Tabuhan mulai dikenal masyarakat
luas.
Daya
tarik Goa Tabuhan terletak pada
stalaktit dan stalagmitnya yang menempel di dinding goa. Seni artistik alamiah
ini terbentuk beratus-ratus tahun yang lalu dengan melibatkan proses seleksi
alam yang mengesankan.
Adanya
reaksi kimia antara hujan dan batuan kapur dimasa lampau, menjadikan stalaktit
dan stalagmit yang berdiameter kurang lebih satu meter dengan panjang tujuh
meter ini sebagai background foto favorit para traveller. Uniknya lagi,
stalaktit dan stalakmit yang diketuk atau ditabuh akan menghasilkan bunyi yang
merdu seperti gamelan.
Untuk
menciptakan pengalaman berlibur tak terlupakan, seniman yang bermukim dekat
dengan Goa Tabuhan secara berkala
mengadakan pertunjukan memainkan alunan alat musik. Tapi bukan dari gamelan
yang sering Anda jumpai di pagelaran wayang dan sejenisnya, melainkan dengan
memukul stalaktit dan stalakmit di dalam Goa
Tabuhan.
Berlokasi
di Dukuh Tabuhan, Desa Wareng, Kecamatan Punung, harga tiket masuk yang
dibanderol untuk tempat rekreasi ini relatif murah yaitu Rp 100.000 per orang
dengan suguhan 6 lagu merdu serta momen unik yang bisa Anda abadikan lewat
jepretan kamera kesayangan.
Bagaimana?
Tertarik mengunjungi Goa Tabuhan?.
Siapkan segala sesuatunya dengan baik ya?.
Selamat
berlibur.
0 komentar